Perbedaan
itu, Kekayaan Dunia
Sebelumnya, cerpen ini pernah dimuat di majalah sekolah (lagi). tapi gak papalah ya aku pos di sini juga. Haha! oke happy reading!
***
Aku Virgi, dan mungkin
aku adalah satu-satunya orang yang membenci, dan mengkritisi perbedaan. Segala
perbedaan. Pernahkah kau berfikir tentang hal yang sebenarnya tidak perlu kau
fikirkan? Mungkin pernah, tapi tak sesering aku.
Oh
ya, sebelumnya, aku saat ini tidak akan menulis tentang suatu cerita, atau
kisah hidupku, tidak. Aku akan menuliskan beberapa pemikiranku tentang
perbedaan. Terserah, kau akan menyukainya atau tidak. Aku tidak peduli. Aku
hanya ingin menuliskan apa yang aku inginkan, bukan apa yang kau sukai. Tapi,
aku berharap kau bisa memetik sebuah pelajaran setelah membaca ini, semoga.
“Banyak orang bilang
perbedaan itu indah, perbedaan itu saling melengkapi. Tapi, jika perbedaan itu
indah, dan ada untuk saling melengkapi, mengapa
pertengkaran selalu terjadi dengan alasan perbedaan? Mengapa?” aku
pernah menanyakan hal itu pada temanku, dan kau tahu temanku menjawab apa?
Katanya, “Bukan perbedaan yang menjadi alasan terjadinya pertengkaran, tapi
keegoisan, Gi. Karna buktinya, banyak orang yang berdamai, padahal sebelumnya
alasan mereka bertengkar adalah perbedaan. Tinggal gimana pintarnya kita ngatur
keegoisan kita aja.” Mari kita beri tepuk tangan yang meriah pada temanku, yang
tak bisa ku sebutkan namanya di sini. Malu, katanya.
Ketika mendengar kata
“Perbedaan” apa yang pertama kali kau fikirkan? Mungkin kau akan berfikir
tentang adanya orang miskin dan kaya, atau adanya orang yang terlahir dengan
kulit putih dan hitam. Aku akan membahas soal itu nanti, tapi sebelumnya apa
kau tahu apa yang aku fikirkan pertama kali ketika mendengar kata itu? Agama.
Karna, percaya atau
tidak, keluargaku terdiri dari banyak keyakinan, yang tak bisa aku sebutkan.
Dan aku pernah menanyakan suatu hal pada kakakku, saat itu aku masih SMP dan
kakakku sudah kuliah, semester empat kalau tidak salah. Oh ya, ia seorang
laki-laki, namanya Azio. Saat itu kami sedang menonton tv bersama, dan hanya
ada aku dan kakakku saja. Di sofa hijau tempat kami duduk, ditemani suara
Doaremon yang sedang bertengkar dengan Nobita, tiba tiba aku bertanya pada
kakakku.
“Kak, jika Tuhan ingin
disembah melalui satu ajaran, kenapa Dia mengizinkan banyak ajaran ada di dunia?”
aku ingatkan kembali saat itu aku masih SMP. Dan bisa kau bayangkan betapa
gilanya seorang anak SMP kelas satu bisa bertanya hal seperti itu. Hahahaha! Aku
pun tak habis fikir dengan diriku sendiri.
Kakakku diam sejenak,
seolah berfikir. Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, menghembuskan nafas
kasar, kemudian berkata, “Karna mungkin Tuhan....” ia kembali berfikir, dan
setelah itu ia diam, tidak menjawab pertanyaanku. Dan sampai saat inipun, aku
masih mencari jawaban tentang pertanyaan itu.
“Kenapa kita nggak bisa
melihat Tuhan?” tanyaku kembali.
Saat itu, kakakku tidak
diam. Ia dengan cepat menjawab, “Karna, Tuhan itu adil. Kalau kita dapat
melihat Tuhan, bagaimana dengan mereka yang buta?”
Lalu beberapa hari
setelah itu, aku kembali bertanya pada kakakku, “Kak, sebenarnya Tuhan itu ada
berapa?”
Dengan cepat dan yakin,
kakak ku menjawab “Ada satu, Arsen.”
“Kalau cuma ada satu,
kenapa aku dan kakak panggil Tuhan dengan nama yang berbeda?” tanyaku kembali.
Kakak ku tersenyum.
“Begini Arsen... nama lengkapmu
Arsenio Virgi kan? Tapi kakak panggil kamu Arsen, Ibu panggil kamu Adek, dan
teman-temanmu panggil kamu Virgi. Menurut kamu, Arsennya jadi ada berapa?”
Dengan keras aku
menjawab, “Tetap satu!”
“Tuhan juga seperti
itu, Arsen. Apapun nama yang kita pakai untuk menyebut Dia, Tuhan tetap satu.”
Aku tersenyum,
mengerti. Kakakku pintar!
Tuhan itu satu. Jadi,
kita tidak perlu menyalahkan orang lain tentang kepercayaan yang ia anut. Tidak
perlu memahami, hanya cukup menghormati, menghargai dan tidak menghakimi. Tidak
perlu adanya perang, debat, atau apapun. Tidak perlu. Tidak usah. Meyakini dan
memeluk suatu agama adalah hak setiap orang.
Namun, kemarin aku melewati suatu tempat
ibadah, dan saat itu juga aku merasa sedih. Aku sedih, aku kecewa, aku malu, aku
marah dengan generasiku saat ini. Kau tahu apa yang aku lihat? Di gerbang
tempat ibadah itu terdapat tulisan yang tidak pantas, sama sekali tidak pantas.
Aku tak akan memberitahu apa tulisan tersebut, karna pasti kau bisa mengira-ira
sendiri. Tulisan itu dibuat dengan cat semprot warna putih, dengan ukuran yang
besar dan jelas. Aku tak mengerti, untuk apa orang itu membuat tulisan itu?
Untuk apa? Untuk menunjukan bahwa ia yang paling benar? Kalau tujuannya untuk
itu, berarti ia bodoh. Karna, seorang yang meyakini dan memahami betul tentang
kepercayaan yang ia anut, tidak akan berbuat seperti itu.
Tidak perlu menghakimi,
tidak perlu munujukkan siapa yang paling benar, dan siapa yang salah, cukup
menghormati. Aku yakin, generasi kita cukup cerdas untuk menyikapi hal ini.
Oh ya, aku tadi bilang
ingin membahas tentang si miskin dan si kaya, atau si hitam dan si putih ya?
Baik, aku akan membahasnya. Waktu itu aku masih SD, kelas tiga kalau tidak
salah ingat. Aku terlahir dengan kulit putih, dan sahabatku, Tere, ia terlahir
dengan kulit coklat. Dan saat itu dengan polosnya aku bertanya pada guruku,
“Kenapa kulit There berwarna coklat? Apa karna ia suka minum susu coklat? Tapi
aku juga suka susu coklat, tapi kenapa kulitku putih Bu?”
Guruku tertawa,
kemudian ia menjawab “Bukan karna susu! Tapi karna, pigmen. Jumlah pigmen dalam
tubuh manusia berbeda-beda. Semakin banyak pigmen dalam kulit kita, maka warna
kulit kita akan semakin gelap.”
Namun, semua orang
tidak berpikir sama seperti beliau. Zaman sekarang perbedaan fisik selalu
dieratkan dengan bullying. Padahal semua manusia itu sama, semua makhluk hidup
itu sama, sama-sama ciptaan Tuhan. Lalu untuk apa bullying? Untuk menunjukkan
siapa yang kuat dan siapa yang lemah? Memangnya kalau kau kuat, kau mau apa? Memangnya
kalau mereka memang lemah, apa harus dengan cara seperti itu kau
mengungkapkannya? Aku fikir generasi kita cukup cerdas, tapi nyatanya, belum.
Kenapa Tuhan
menciptakan si miskin dan si kaya?
Karna Tuhan ingin tahu,
apa si kaya akan memberikan sebagian hartanya pada si miskin, atau malah
menghabiskannya untuk dirinya sendiri. Dan untuk mereka yang kurang beruntung,
karna tuhan sedang menguji mereka, karna tuhan sedang melihat kemauan mereka.
Seberapa besar kemauan mereka untuk merubah nasibnya, seberapa besar usaha
mereka. Dan roda pasti berputar. Suatu hari nanti, bisa saja si kaya akan
berubah menjadi si miskin. Dan sebaliknya, bisa saja karna kemauan dan usahanya
si miskin bisa berubah menjadi si kaya. Jadi, jangan pernah menyombongkan
hartamu, karna itu tidak sepenuhnya milikmu.
Jangan
pernah bilang Tuhan itu nggak adil. Tuhan itu adil, karna sama-sama nggak adil
untuk semua.
Mungkin sudah dulu
tulisanku saat ini, mengingat masih banyak tugas sekolah yang masih harus aku
kerjakan, dan bahkan adikku sedang menangis malam-malam begini. Hebat.